Dokter Ancam Tak Layani Pasien Berisiko Kematian

BLITAR - Para dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Blitar, Jawa Timur, mengancam tidak akan menangani pasien yang berisiko kematian atau mengarah pada tuduhan malpraktik. Sebab para dokter tidak ingin aktivitas yang mereka lakukan selalu dibayangi ancaman hukum pidana.

“Kami hanya dokter yang bekerja. Mengenai adanya kematian itu takdir Yang Maha Kuasa. Kami ingin menjalani profesi dengan tenang,“ ujar Ketua IDI Kota Blitar, dr Djamil Suherman, dalam orasinya, Rabu (27/11/2013).

Tidak hanya melepas tanggung jawab profesi.  Ratusan dokter Blitar juga turun ke jalan melakukan unjuk rasa. Para professional yang memiliki rutinitas mendekam dalam ruangan dan bergumul dengan obat-obatan itu melakukan longmarch menuju Kantor Kejaksaan Negeri Blitar.

“Aksi ini sebagai wujud solidaritas kepada tiga rekan kami yang dipidana karena tuduhan  kasus malpraktik,” terang Djamil.

Ketiga dokter asal Manado yakni Dewa Ayu Sasiary Prawani, Hendry Simanjuntak, dan Hendy Siagian divonis bersalah atas perbuatan malpraktik yang menghilangkan nyawa pasien. Ayu dan Hendry Simanjuntak dijebloskan bui dengan masa hukuman 10 bulan penjara. Sedangkan Hendry Siagian masih buron.

Djamil menilai yang menimpa ketiga rekanya tersebut  sebagai bentuk kriminalisasi. Untuk itu mereka mendesak, aparat berwenang untuk membebaskan tiga dokter tersebut. “Sebab yang dilakukan dokter sudah maksimal,“ tegas Djamil yang dalam aksi secara kompak mengenakan pita hitam di lengan.  

Aksi para dokter dimulai dari RSU Mardi Waluyo Kota Blitar. Di kantor Kejaksaan Negeri Blitar para dokter secara bersama-sama mengumandangkan lagu Indonesia Raya dan Padamu Negeri. Kecuali klinik rawat jalan dan operasi yang bersifat elektif (tidak emergency), semua aktivitas pelayanan rumah sakit (RSU Mardi Waluyo) tetap berjalan biasa.

Tweet